Minggu, 10 Juli 2011

AMAL MANUSIA MEMPENGARUHI KEADAAN DUNIA


Segala keadaan yang terjadi di dunia ini tergantung dari amalan manusia. Sedangkan amal dipengaruhi oleh iman. Bila iman betul maka Allah Swt. akan memberikan keberkahan dari atas langit dan dari bawah bumi, sebaliknya bila iman rusak, maka amal manusia menjadi buruk dan amal ini akan terangkat ke langit, lalu Allah Swt. turunkan kembali ke bumi berupa bala bencana atau musibah.
Dulu semua buah-buahan rasanya manis, tidak ada yang beracun dan berduri. Ketika putranya Nabi Adam as. Yaitu Qabil menumpahkan darah di muka bumi dengan membunuh adiknya sendiri, Habil, maka dengan qudrat dan iradah-Nya, Allah Swt. mengubah buah-buahan itu sebagian ada yang pahit, berduri, dan beracun. Berapa banyak orang yang keracunan dan terkena duri hingga hari kiamat? Akibat ulah Bani Israil, sampai hari ini umat akhir zaman terkena dampaknya. Dulu hewan-hewan yang disembelih dagingnya tidak pernah busuk walaupun disimpan berhari-hari. Tapi akibat amal buruk manusia, daging akan membusuk dalam tiga hari saja tanpa diawetkan. Berapa banyak daging yang terbuang sampai hari Kiamat? Begitu pula sejak Qarun la'natullah 'alaih menimbun-nimbun harta, sehingga hartanya menimbunnya dengan gempa bumi. dan dampaknya sampai hari ini.
Perbuatan manusia, berpengaruh pada lautan, udara, sam¬pai mempengaruhi lapisan ozon di atmosfir bumi. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa akibat amalan buruk manusia, burung-burung pun menjadi kurus dan mati dalam sarangnya.
Allah swt. berfirman :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَاكَسَبَتْ اَيْدِالنَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Artinya : “Telah nampak kerusakan di muka bumi ini, di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (Qs. Ar-Ruum: 41)
Binatang tak pernah disebut-sebut sebagai biang keladi kerusakan bumi. Sejahat-jahat binatang takkan menjadi penyebab kerusakan alam. Apa yang terjadi bila seandainya kerbau memiliki alat yang canggih untuk memenuhi kebutuhan perutnya? Tentu padang rumput dan aneka ragam tanaman akan habis untuk mengisi perutnya. Bila musang mempunyai radar untuk mendeteksi mangsanya dengan pesawat pemburu, tentu tidak ada ayam yang dibiarkan hidup di muka bumi ini. Apabila harimau memiliki tank dan berbagai perangkat canggih, mungkin makhluk-makhluk lain tidak diberi kesempatan untuk hidup? Andai kuda dan kambing jantan yang sarat dengan nafsu bisa menonton tayangan film atau gambar porno, siapakah yang sanggup membendungnya? Atau kambing-kambing betina pandai bersolek, bergaya seksi, menantang, dan merangsang lawan jenisnya, bagaimana keadaan kehidupan ini?
Binatang tak mungkin menjadi manusia, betapapun cerdasnya ia, meskipun si kancil mampu merekayasa angka-angka, si Bunglon memakai topeng wajah manusia, atau si Buaya yang arif bijaksana. Tetapi manusia tidak sulit menjadi binatang, bukan karena kebodohannya, tetapi karena kebuasan hatinya.
اِنَّ الشَرَّ الدّوَآبُّ عِنْدَ اللهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِيْنَ لاَيَعْقِلُوْنَ
Artinya : “Sesungguhnya binatang (manusia) yang seburuk-buruknya di sisi Allah ialah orang yang tidak mau mendengar, mengatakan, dan memahami kebenaran.” (Qs. Al- Anfal [8] : 22)
Kejahatan senantiasa didukung oleh nafsu, tidak ada orang yang paling sesat kecuali orang yang menuruti kehendak hawa nafsunya. Segala potensi yang ia miliki digunakan untuk menyempurnakan hawa nafsunya. Telinga, mulut, matanya, bahkan pikirannya untuk memuaskan hawa nafsu. la tidak berjalan di atas hukum Allah Swt.. Ia akan selalu keliru dalam menggunakan anggota badannya. Segala sumber daya manusia yang dimilikinya diletakkan tidak pada tempatnya. Iman diletakkan di kepala, bukan di dalam hati, sehingga kepentingan akidah dijadikan kepentingan akal. Akhirnya ia stress sebagaimana orang yang memikirkan langit yang tak pernah bertiang, diseminarkan dan disimposiumkan, tetapi tak kunjung ada pemecahannya.
Begitulah keadaannya apabila hawa nafsu mendominasi hidup manusia, yang secara fithrah sudah Islam, tunduk dan patuh kepada sunnatullah. Tapi dalam kehidupan iradiahnya - yang mana ia memiliki kebebasan hak pilih - ternyata tunduk dan patuh serta mengabdi pada hawa nafsunya sendiri.
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ اَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّموتُ وَاْلاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّطبَلْ اَتَيْنهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُّعْرِضُوْنَ
Artinya : “Andaikan kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kebanggaan kepada mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. (Qs. Al-Mu'minun [23] : 71)
Manusia ingin hidup bebas, tetapi tidak ada yang bisa hidup bebas. Barangsiapa mengikuti peraturan, maka ia akan selamat, dan yang tidak ikut peraturan akan celaka. Orang yang meletakkan dirinya dalam tertib akan menjadi baik, dan kebaikannya akan dirasakan juga oleh orang lain. Sedang yang tidak mengikuti tertib akan celaka dan mencelakakan orang lain. Seorang pengemudi yang patuh pada peraturan lalu lintas akan selamat, namun apabila ugal-ugalan, maka ia akan menabrak benda-benda di de-pannya atau masuk jurang.
Sungguh sangat beruntung kita tidak diciptakan sebagai makhluk yang lain, binatang misalnya. Tetapi derajat manusia bisa lebih rendah dari binatang jika tidak memiliki iman di dalam hatinya. Maka untuk makhluk yang bernama manusia, Allah Swt. tidak membiarkannya tanpa aturan khusus. Memang menurut Allah Swt. sendiri, manusia itu makhluk yang istimewa dan sebaik- baik ciptaan. Tetapi bila tidak didasari dengan iman, mereka akan beramal jahat dan menjelma menjadi makhluk yang paling hina. Dalam perkara ini nampak jelas Allah Swt. banyak ikut campur tangan dalam tata aturan manusia. Allah Swt. Maha Mengetahui betapa rumitnya manusia. Demi kasih sayang-Nya, Allah Swt. mengutus 124.000 nabi dan 313 rasul untuk membawa aturan khusus yaitu agama. Apabila manusia diberi otonomi dalam membuat tata aturan sendiri, maka rusaklah kehidupan manusia di dunia dan di akhirat selama-lamanya.
Seorang alim mengatakan bahwa hari ini agama (iman dan amal) telah terlepas dari kehidupan kita dan ummat manusia. Orang-orang tidak merasa menyesal jika tidak mengamalkan agama. Sementara hubungan dengan rumah sangat kuat, sehingga apabila rumah terbakar merasa sangat sedih. Hubungan dengan pekerjaan sangat kuat, sehingga tidak mau meninggalkan pekerjaan walaupun untuk sementara. Hubungan dengan anak isteri sangat kuat, sehingga apabila mereka sakit, akan ikut bersedih dan berusaha mencari cara penyembuhannya. Namun jika agama yang sakit, tidak merasa sedih, tenang-tenang saja. Ketika berkumpul dengan keluarga atau sedang berada di tempat kerja tidak mengantuk, namun ketika mendengarkan pembicaraan iman dan amal saleh keadaannya seperti orang sakit, karena hubungan dengan agama sangat lemah.
Sebagaimana hubungan pedagang dengan tokonya, setiap hari ia datang ke toko, memikirkan kemajuan tokonya. Malam hari pun ia memikirkan dagangannya. Begitu pula apabila hubungan dengan agama kuat, maka setiap hari yang dipikirkan adalah agama. Bagaimana agar agama bisa wujud dalam kehidupannya, keluarganya, lingkungannya, dan seluruh alam? Jika tidak membiasakan diri dengan amal-amal agama, maka akan lalai mengingat Allah. Di kantor, di pasar, di sawah, di ladang lupa kepada Allah Swt., di masjid lalai kepada Allah, bahkan ketika shalat pun lalai kepada Allah swt. Karena banyak waktu yang digunakan untuk mengurus harta benda, pekerjaan, keluarga, rumah dan sebagainya, maka timbullah kecintaan kepada perkara tersebut, yang menyebabkan lalai terhadap agama sebagai maksud hidupnya. Hal ini menyebabkan terjadinya banyak masalah dalam kehidupan manusia.
Abdullah bin Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. ber¬sabda, "Wahai kaum Muhajirin, ada lima hal yang apabila kalian melakukannya, maka bencana akan menimpa kalian. Semoga Allah menghindarkan kalian dari perbuatan itu: (1) apabila perzinaan telah merajalela di tengah-tengah suatu kaum, wabah penyakit akan menimpa mereka mupun penyakit baru yang sebelumnya tidak dikenal; (2) jika suatu kaum melakukan kecurangan dalam menimbang dan mengukur, mereka akan mengalami kekeringan, kelaparan, kesusahan, dan diperintah oleh penguasa yang kejam; (3) jika suatu kaum menahan zakatnya, maka hujan dari langit akan ditangguhkan, dan seandainya bukan untuk kebutuhan binatang, maka tak setetes pun yang diturunkan lari langit; (4) Suatu kaum yang melanggar perjanjian mereka dengan Allah dan Rasul-Nya, mereka akan menjadi kelinci percobaan musuh; (5) suatu kaum yang menerapkan hukum yang tidak adil, akan ditimpa perang saudara dan pemberontakan." (At Targhib wat Tarhib)
Rasulullah saw. bersabda, "Apabila ummatku mulai membenci ulama dalam hatinya, apabila mereka membangun pasar dan tempat perbelanjaan dengan megah, dan apabila mereka mengadakan pernikahan hanya karena kekayaan (bukan karena ketakwaannya, keshalihannya, dan akhlak yang baik orang yang akan dinikahinya) maka Allah akan menurunkan empat bencana kepada mereka. Berupa kelaparan, kezhaliman penguasa, ketidakjujuran para pejabat yang mengatur urusan mereka, dan serangan musuh." (Hr. Hakim)
Perubahan apapun yang terjadi pada suasana dan keadaan, namun perintah Allah Swt. tidak akan pernah berubah sejak zaman Nabi Adam a.s. hingga hari Kiamat. Ali r..a. berkata, "Kemalasan beribadah, kekurangan rezeki, dan kurangnya kedamaian adalah balasan atas dosa." (Tarikhul Khulafa)
Dalam hadist Qudsi, Allah Swt. berfirman, "Apabila hamba-Ku mentaati-Ku, Aku akan mengirimkan hujan kepada mereka pada malam hari pada saat mereka tidur. Dan matahari akan tetap bersinar ke atas mereka, sehingga urusan-urusan mereka (yang dilakukan pada siang hari) tidak akan terbengkalai, dan bunyi halilintar tidak akan terdengar oleh mereka (sehingga mereka tidak ketakutan dan cemas)." (al Jami’ush Shagir)
Umar r.a. berkata, "Aku telah diberitahu bahwa Nabi Musa a.s. atau Nabi Isa a.s. pernah bertanya kepada Allah Swt., 'Apakah tanda keridhaan-Mu kepada umat ini?' Allah Swt. menjawab, 'Tandanya adalah pada saat mereka menyemai benih di ladang, Aku mengirimkan hujan. Dan pada musim panen, aku menahan hujan. Urusan pemerintahan mereka Aku serahkan ke tangan orang yang berhati lembut dan urusan harta benda mereka aku serahkan kepada orang yang dermawan.' Kemudian mereka bertanya, 'Dan apakah tanda ketidakridhaan-Mu terhadap umat ini?' Allah Swt. menjawab, 'Tandanya adalah pada musim menyemai benih di ladang, aku menahan hujan. Dan pada musim panen aku mengirimkan hujan lebat. Urusan pemerintahan Aku serahkan ke tangan orang-orang jahil dan urusan harta benda mereka Aku serahkan kepada orang yang kikir." (Ad Durrul Mantsur)
Seseorang akan bersemangat mengamalkan agama, jika dia betul-betul mengenal siapa yang memerintahkan untuk mengamalkan agama. Jika banyak orang mengamalkan agama, maka dengan sendirinya orang-orang akan belajar agama di pondok pesantren, dan mau memakmurkan masjid, karena masjid merupakan rumahnya Allah. Kemudian akan muncullah orang-orang hebat seperti para sahabat r.a.. yaitu menjadi petani, pedagang, pengusaha, dan pejabat yang taat kepada Allah Swt. Akan tetapi bila agama tidak hidup, maka yang lahir adalah/ para penjahat, pencinta-pencinta dunia, dan ahli-ahli dunia. Orang shalih sangat kurang, seribu berbanding satu. Petani, pedagang, pejabatnya tidak shalih, bahkan santri dan ustadznya tidak shalih. Sehingga orang-orang mengatakan, "Kenapa pak Haji atau pak Kiyai berbuat begitu dan begini?" Semua itu disebabkan tidak ada usaha untuk mencetak wali-wali Allah, hanya usaha ziarah ke kubur wali.
Agama tidak bisa hidup dengan larangan dan perintah manusia, seperti tanaman pohon yang diperintah untuk tumbuh; "Hai daun, kamu harus rimbun, kamu harus berbuah banyak! Hai benalu, jangan tumbuh di sini! Hai rumput, mengapa kamu tumbuh di sini?" Demikian pula dengan perkara agama, tidak bisa menyalahkan orang lain, "Mengapa kamu berbuat maksiat?" Apalagi hanya menghujat, menggunjing, atau mencari kambing hitam. Sehingga lingkungan dikambinghitamkan, ini karena pengaruh lingkungan dan lingkungan pun dibakar!
Kita tidak dapat mengubah siapa pun termasuk diri sendiri, tidak dapat memberikan hidayah kepada siapa pun termasuk pada hati kita sendiri. Hidayah dapat diperoleh hanya dengan cara Rasulullah saw.. Allah Swt. memberikan hidayah kepada hati yang menginginkan hidayah, manusia tidak akan mendapat hidayah jika hatinya tidak menginginkan hidayah, meskipun dia anak, isteri atau keluarga seorang Nabi, sebagaimana anak dan isteri Nabi Nuh a.s., isteri Nabi Luth a.s. atau ayah Nabi Ibrahim a.s.. Tetapi, meskipun dia seorang penjahat atau seorang hamba sahaya jika hatinya mau menerima hidayah, maka Allah Swt. akan memuliakan dia, sebagaimana Umar r.a. diangkat menjadi khalifah. Padahal pada masa jahiliyah, beliau pernah menanam hidup-hidup puterinya serta membuat berhala dan roti dan ketika lapar dia memakan berhala itu. Sebagian sahabat tidak percaya jika Umar r.a. memeluk Islam. Mereka berkata, "Saya lebih percaya jika kudanya Umar masuk Islam."
`Bilal r.a. ialah seorang hamba sahaya diangkat menjadi gubemur setelah mendapat hidayah. Ikrimah r.a., anak seorang kafir Quraisy (putra Abu Jahal) yang sangat membenci Rasulullah saw., ia menghindar dari hidayah. la mengatakan kepada kaumnya, "Saya tidak akan memeluk Islam sampai mati!" Tapi ia dikejar hidayah, ia meninggalkan kampung halamannya dengan menumpang sebuah kapal, namun di atas kapal ia mendengar suara orang yang mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah, padahal ia melarikan diri karena kalimat itu. Dan ia tidak bisa mengelak, ia terkurung oleh hidayah, akhirnya menerima hidayah. Setelah kembali pada kaumnya, ia ditanya, "Dulu engkau bersumpah tidak akan masuk Islam." la menjawab, "Saya tidak masuk Islam, tetapi Islam yang masuk ke dalam diri saya."
"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tak ada seorang pun yang mampu menunjukinya.Para sahabat radiallahu 'anhum telah berjaya dan sukses didunia dan di akhirat, karena agama mereka junjung di atas kepala dan dunia hanya dijinjing di tangan. Apabila agama bergoyang dunia dilepaskan untuk sementara untuk memegang agama. Tapi umat akhir zaman sebaliknya dunia dijunjung di kepala dan agama dijinjing di tangan. Apabila dunianya bergoyang, agama rela dilepaskan. Seluruh sahabat r.a. telah berkorban dengan menjalani kehidupan dunia dengan kesederhanaan yang maksimal. Bahkan rumah, pakaian, dan makanan Rasulullah saw. sangat sederhana.
Bagaimana mengerahkan seluruh kemampuan dan potensi yang ada pada diri untuk usaha agama, seluruh apa yang dimiliki untuk agama. Agama hanya akan wujud dengan pengorbanan. Pertolongan Allah Swt. akan datang pada ummat, apabita berkorban sampai habis, sebagaimana Abu Bakar r.a. berkorban sampai habis. Harta, diri, dan waktunya untuk agama.
Seorang pedagang yang hanya paham dengan perdagangan, seorang petani yang hanya paham dengan pertaniannya, dan seorang pejabat yang hanya paham dengan kantornya, adalah suatu kejahilan (kebodohan). Orang yang pandai dan sukses adalah seorang pedagang, petani, dan pejabat yang ta'aluq kepada Allah Swt. serta mengenal Allah Swt.. Apabila hubungan dengan Allah baik, maka percakapan, pendengaran, dan penglihatan akan baik, sehingga segala gerak-gerik akan menjadi baik.
Rasulullah saw. bersabda bahwa Allah Swt. berfirman, "Tiada henti-hentinya hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan mengamalkan ibadah-ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya, Aku yang menjadi pendengarannya ketika dia mende-ngar. Dan Aku menjadi penglihatannya ketika dia melihat, dan Aku menjadi tangannya ketika dia menggunakan tangannya, dan Aku yang menjadi kakinya ketika dia berjalan. Maka dengan Aku dia mendengar dan dengan Aku dia melihat, dengan Aku dia menggerakkan tangannya, dan dengan aku dia berjalan. Dan bila dia meminta. kepada-Ku, Aku akan memberinya. Bila dia meminta perlindungan kepada-Ku niscaya Aku pun melindung-nya."(Hr. Bukhari)
Orang yang tidak melakukan usaha agama akan tunduk kepada anak isterinya, pekerjaannya, sawah ladangnya, bahkan kepada hewan ternaknya. Setiap pagi harus memberinya makan, menjaganya, dan memandikannya. Orang yang mengamalkan aga-ma berbeda dengan pemilik agama. Pengamal agama seperti pekerja toko yang hanya mengharap gaji dari pekerjaannya. Pemilik agama seumpama pemilik toko, dia selalu berpikir bagaimana usahanya bisa maju, bagaimana seluruh karyawannya bisa hidup makmur. Jika hanya mengamalkan agama, ibadah sendiri, wirid munajat sendiri, tapi tidak punya tanggung jawab agama, ia bukanlah pemilik agama. Oleh karena itu perbaikilah hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia dan makhluk Allah yang lain.
Dalam beberapa hadis Nabi Muhammad Saw diungkapkan bahwa Allah Swt menolak bencana dari penduduk bumi atau menahannya dengan sebab (berkah) orang-orang yang suka beristigfar dan para pemakmur masjid. Bahkan, Allah swt pun berkenan memberi rezeki kepada penduduk bumi, memberikan pertolongan dan menolak bencana karena adanya hamba-hamba yang saleh, yang suka beristigfar dan memakmurkan masjid.
Diriwayatkan oleh Imam Thabrani dalam Al-Kabir dan Imam Baihaki dalam Al-Sunan dari Mani' Ad-Dailami r.a. la menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda:
لَوْلاَ عِبَادٌ لِلَّهِ رَكَعَ وَصَبِيَّةٌ رُضِعَ وَبَهَائِمٌ رَتَعَ لَصَبَّ عَلَيْكُمُ الْعَذَابَ صَبًّا ثُمَّ رَضَّ رَضًّا
Artinya : “Jika bukan karena berkah hamba-hamba Allah yang rukuk atau mendirikan salat, bayi-bayi yang disusui, dan binatang-binatang yang digembalakan, pasti siksaan akan dikucurkan kepadamu dengan derasnya dan kamu akan dihancurkan sehancur- hancurnya.”
Jabir bin Abdullah ra. mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda:
اِنَّ اللهَ لَيَصْلُحُ بِصَلاَحِ الرَّجُلِ الْمُسْلِمِ وَلَدِهِ وَوَلَدِوَلَدِهِ وَاَهْلِ دَوِيْرَتِهِ وَدَوِيْرَاتِ حَوْلِهِ وَلاَ يَزَالُوْنَ فِى حِفْظِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مَادَامَ فِيْهِمْ
Artinya : “Allah memperbaiki atau menjadikan saleh dengan kesalehan seseorang, anaknya, anak dari anaknya (cucunya), dan penduduk tetangganya yang terdekat dan yang dekat di sekitarnya. Dan mereka akan selalu dalam penjagaan Allah Yang Maha Perkasa lagi Mahaagung, selama ia berada di sisi mereka.”
Abdullah bin Umar r.a. juga pernah mengatakan bahwa Nabi Saw bersabda:
اِنَّ اللهَ لَيَدْفَعُ بِالْمُسْلِمِ الصَّالِحِ عَنْ مِائَةِ اَهْلِ بَيْتٍ مِنْ جِيْرَانِهِ بَلاَءً
Artinya : “Sesungguhnya Allah swt. dengan berkah Muslim yang saleh menolak bencana atau musibah dari seratus penduduk rumah dari tetangganya.”
Nabi Muhammad saw pernah bersabda:
مَنْ فَرَّجَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Artinya : ”Siapa saja yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat.”(Hadis shahih)
Dalam hadis lainnya disebutkan
مَنْ قَضَى ِلاَخِيْهِ حَاجَةً كُنْتُ وَاقِفًا عِنْدَ مِيْزَانِهِ فَاِنْ رَجَحَ وَاِلاَّ شَفَعْتُ لَهُ
Artinya : “Siapa saja yang dapat memenuhi kebutuhan saudaranya maka aku akan berdiri di depan timbangannya. Jika (telah) berat timbangan kebaikannya, maka aku biarkan; dan jika tidak begitu, maka aku akan memberinya syafa'at atau bantuan”.
وَاللهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَادَامَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ اَخِيْهِ
Artinya : “Allah akan menolong hamba-Nya selama ia mau menolong saudaranya.”
Sa'd bin Abu Waqqash r.a., mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:
هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ بِضُعَفَائِكُمْ
Artinya : “Tidaklah kamu sekalian ditolong dan diberi rezeki kecuali dengan (berkah) orang-orang lemah di antaramu.” (Hr. Bukhari).
 
Sumber : http://tabligh-islam.blogspot.com

Selasa, 31 Mei 2011

♥✿Halalkanlah Aku Tuk Menjadi Pasanganmu Dalam Keridhoan-NYA�

•*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*••*¨*•.¸¸❤¸¸.•
*¨*••*¨*•.¸¸❤¸¸.•*¨*• ┊  ┊  ┊  ┊ ┊  ┊  ┊  ★✿    ┊  ┊  ┊   Betapa Berharganya ┊  ┊  ☆ ♥ diri seorang ┊  ┊   WANITA!! ┊  ★✿ ☆ ♪ღ♪•*´¨`*•.¸ℒℴνℯ¸.•*´¨`*•.¸ℒℴνℯ¸.•*´¨`*•.¸ℒℴνℯ•♪ღ♪•*´¨*•.¸ℒℴνℯ ♥(¯`•.. Ketika Tuhan menciptakan wanita, malaikat datang dan bertanya,"Mengapa begitu lama engkau menciptakan wanita, Tuhan???" ♥(¯`•.. Tuhan menjawab,"Sudahkah engkau melihat setiap detail yang telah aku ciptakan untuk wanita?" Lihatlah dua tangannya mampu menjaga banyak anak pada saat bersamaan, punya pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan kerisauan, dan semua itu hanya dengan dua tangan". ♥(¯`•.. Malaikat menjawab dan takjub,"Hanya dengan dua tangan? tidak mungkin! ♥(¯`•.. Tuhan menjawab,"Tidakkah kau tahu, dia juga mampu menyembuhkan dirinya sendiri dan boleh bekerja 18 jam sehari". ♥(¯`•.. Malaikat mendekati dan mengamati wanita tersebut dan bertanya,"Tuhan, kenapa wanita terlihat begitu lelah dan rapuh seolah-olah terlalu banyak beban baginya?" ♥(¯`•.. Tuhan menjawab,"Itu tidak seperti apa yang kau bayangkan, itu adalah air mata." ♥(¯`•.. "Untuk apa???", tanya malaikat. ♥(¯`•.. Tuhan melanjutkan,"Air mata adalah salah satu cara dia menunjukkan kegembiraan,kerisauan,cinta,kesepian, penderitaan,dan kebanggaan,serta wanita ini mempunyai kekuatan mempesona lelaki,ini hanya beberapa kemampuan yang dimiliki oleh wanita. ♥(¯`•.. Dia dapat mengatasi beban lebih baik dari lelaki,dia mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri,dia mampu tersenyum ketika hatinya menjerit kesedihan,mampu menyanyi ketika menangis, menangis saat terharu,bahkan tertawa ketika ketakutan. ♥(¯`•.. Dia berkorban demi orang yang dicintainya,dia mampu berdiri melawan ketidakadilan,dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang,dia gembira dan bersorak saat kawannya tertawa bahagia,dia begitu bahagia mendengar suara kelahiran. ♥(¯`•.. Dia begitu bersedih mendengar berita kesakitan dan kematian,tapi dia mampu mengatasinya.Dia tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka. ♥(¯`•.. Allah S.W.T berfirman: ♥(¯`•.. "Ketika Aku menciptakan seorang wanita, ia diharuskan untuk menjadi seorang yang istimewa. Aku membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia, namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan." ♥(¯`•.. "Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya. " ♥(¯`•.. "Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh." ♥(¯`•.. "Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya." ♥(¯`•.. "Aku memberinya kekuatan untuk menyokong suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya." ♥(¯`•.. "Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada disisi suaminya tanpa ragu." ♥(¯`•.. "Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk dititiskan. Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan bilapun ia perlukan." ♥(¯`•.. "Kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya,sosok yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya.Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya, kerana itulah pintu hatinya, tempat dimana cinta itu ada." ♥(¯`•.. "CINTANYA TANPA SYARAT. HANYA ADA SATU YANG KURANG DARI WANITA,DIA SELALU LUPA BETAPA BERHARGANYA DIA..." Wallahu'alam...

Selasa, 22 Februari 2011

Adab Kelambu dimalam pertama



Dunia barat menganggap apa sahaja perbuatan yang dilakukan oleh pasangan suami isteri semasa setubuh malam pertama dan jimak adalah normal dan baik sekiranya perlakuan tersebut disetujui oleh kedua-dua pihak dan dapat merangsang seks.
Islam mempunyai adab yang terkandung di dalamnya nilai-nilai akhlak yang luhur bahkan mengandungi kebaikan dari segi kesihatan. Terdapat banyak petunjuk dalam al-Quran dan hadis yang membicarakan adab setubuh malam pertama dan jimak suami isteri.
Berikut adalah adab-adab setubuh malam pertama dan jimak yang dianjurkan oleh Islam:-
1. Sembahyang sunat dan berdoa malam pertama.
2. Berwuduk selepas melakukan persetubuhan.
3. Untuk memenuhi kewajipan terhadap Allah serta mengikuti sunnah Rasulullah saw.
4. Pergauli isteri dengan cara yang sopan.
5. Bercumbu-cumbuan terlebih dahulu.
6. Tidak mementingkan kepuasan diri.
7. Mengambilkira hak suami dan isteri berhubung dengan soal hubungan kelamin.
8. Keselesaan dalam hubungan kelamin.
9. Kesederhanaan.
10. Mensyukuri nikmat.
11. Tidak menyebarkan soal persetubuhan kepada pihak lain.

INSYA ALLAH NIAT AMAL.......

ADAB KELAMBU


Saat pertama kali pengantin pria menemui isterinya setelah aqad nikah, dianjurkan melakukan beberapa hal, sebagai berikut:

Pertama: Pengantin pria hendaknya meletakkan tangannya pada ubun-ubun isterinya seraya mendo’akan baginya. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Apabila salah seorang dari kamu menikahi wanita atau membeli seorang budak maka peganglah ubun-ubunnya lalu bacalah ‘basmalah’ serta do’akanlah dengan do’a berkah seraya mengucapkan: ‘Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabiatnya yang ia bawa. Dan aku berlindung dari kejelekannya dan kejelekan tabiat yang ia bawa.’” [1]

Kedua: Hendaknya ia mengerjakan shalat sunnah dua raka’at bersama isterinya.

Syaikh al-Albani rahimahullaah berkata: “Hal itu telah ada sandarannya dari ulama Salaf (Shahabat dan Tabi’in).

1. Hadits dari Abu Sa’id maula (budak yang telah dimerdekakan) Abu Usaid.
Ia berkata: “Aku menikah ketika aku masih seorang budak. Ketika itu aku mengundang beberapa orang Shahabat Nabi, di antaranya ‘Abdullah bin Mas’ud, Abu Dzarr dan Hudzaifah radhiyallaahu ‘anhum. Lalu tibalah waktu shalat, Abu Dzarr bergegas untuk mengimami shalat. Tetapi mereka berkata: ‘Kamulah (Abu Sa’id) yang berhak!’ Ia (Abu Dzarr) berkata: ‘Apakah benar demikian?’ ‘Benar!’ jawab mereka. Aku pun maju mengimami mereka shalat. Ketika itu aku masih seorang budak. Selanjutnya mereka mengajariku, ‘Jika isterimu nanti datang menemuimu, hendaklah kalian berdua shalat dua raka’at. Lalu mintalah kepada Allah kebaikan isterimu itu dan mintalah perlindungan kepada-Nya dari keburukannya. Selanjutnya terserah kamu berdua...!’”[2]

2. Hadits dari Abu Waail.
Ia berkata, “Seseorang datang kepada ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, lalu ia berkata, ‘Aku menikah dengan seorang gadis, aku khawatir dia membenciku.’ ‘Abdullah bin Mas’ud berkata, ‘Sesungguhnya cinta berasal dari Allah, sedangkan kebencian berasal dari syaitan, untuk membenci apa-apa yang dihalalkan Allah. Jika isterimu datang kepadamu, maka perintahkanlah untuk melaksanakan shalat dua raka’at di belakangmu. Lalu ucapkanlah (berdo’alah):

“Ya Allah, berikanlah keberkahan kepadaku dan isteriku, serta berkahilah mereka dengan sebab aku. Ya Allah, berikanlah rizki kepadaku lantaran mereka, dan berikanlah rizki kepada mereka lantaran aku. Ya Allah, satukanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan dan pisahkanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan.” [3]

Ketiga: Bercumbu rayu dengan penuh kelembutan dan kemesraan. Misalnya dengan memberinya segelas air minum atau yang lainnya.

Hal ini berdasarkan hadits Asma’ binti Yazid binti as-Sakan radhiyallaahu ‘anha, ia berkata: “Saya merias ‘Aisyah untuk Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Setelah itu saya datangi dan saya panggil beliau supaya menghadiahkan sesuatu kepada ‘Aisyah. Beliau pun datang lalu duduk di samping ‘Aisyah. Ketika itu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam disodori segelas susu. Setelah beliau minum, gelas itu beliau sodorkan kepada ‘Aisyah. Tetapi ‘Aisyah menundukkan kepalanya dan malu-malu.” ‘Asma binti Yazid berkata: “Aku menegur ‘Aisyah dan berkata kepadanya, ‘Ambillah gelas itu dari tangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam!’ Akhirnya ‘Aisyah pun meraih gelas itu dan meminum isinya sedikit.” [4]

Keempat: Berdo’a sebelum jima’ (bersenggama), yaitu ketika seorang suami hendak menggauli isterinya, hendaklah ia membaca do’a:

“Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah aku dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari anak yang akan Engkau karuniakan kepada kami.”

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maka, apabila Allah menetapkan lahirnya seorang anak dari hubungan antara keduanya, niscaya syaitan tidak akan membahayakannya selama-lamanya.” [5]

Kelima: Suami boleh menggauli isterinya dengan cara bagaimana pun yang disukainya asalkan pada kemaluannya.

Allah Ta’ala berfirman:

"Artinya : Isteri-Isterimu adalah ladang bagimu, maka datangi-lah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah (yang baik) untuk dirimu. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menemui-Nya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang beriman.” [Al-Baqarah : 223]

Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma berkata, “Pernah suatu ketika ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallaahu ‘anhu datang kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, celaka saya.’ Beliau bertanya, ‘Apa yang membuatmu celaka?’ ‘Umar menjawab, ‘Saya membalikkan pelana saya tadi malam.’ [6] Dan beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak memberikan komentar apa pun, hingga turunlah ayat kepada beliau:

"Isteri-Isterimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu sukai...” [Al-Baqarah : 223]

Lalu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Setubuhilah isterimu dari arah depan atau dari arah belakang, tetapi hindarilah (jangan engkau menyetubuhinya) di dubur dan ketika sedang haidh". [7]

Juga berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

"Silahkan menggaulinya dari arah depan atau dari belakang asalkan pada kemaluannya".[8]

Seorang Suami Dianjurkan Mencampuri Isterinya Kapan Waktu Saja
• Apabila suami telah melepaskan hajat biologisnya, janganlah ia tergesa-gesa bangkit hingga isterinya melepaskan hajatnya juga. Sebab dengan cara seperti itu terbukti dapat melanggengkan keharmonisan dan kasih sayang antara keduanya. Apabila suami mampu dan ingin mengulangi jima’ sekali lagi, maka hendaknya ia berwudhu’ terlebih dahulu.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Jika seseorang diantara kalian menggauli isterinya kemudian ingin mengulanginya lagi, maka hendaklah ia berwudhu’ terlebih dahulu.” [9]

• Yang afdhal (lebih utama) adalah mandi terlebih dahulu. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Rafi` radhi-yallaahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah menggilir isteri-isterinya dalam satu malam. Beliau mandi di rumah fulanah dan rumah fulanah. Abu Rafi` berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa tidak dengan sekali mandi saja?” Beliau menjawab.

"Ini lebih bersih, lebih baik dan lebih suci.” [10]

• Seorang suami dibolehkan jima’ (mencampuri) isterinya kapan waktu saja yang ia kehendaki; pagi, siang, atau malam. Bahkan, apabila seorang suami melihat wanita yang mengagumkannya, hendaknya ia mendatangi isterinya. Hal ini berdasarkan riwayat bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melihat wanita yang mengagumkan beliau. Kemudian beliau mendatangi isterinya -yaitu Zainab radhiyallaahu ‘anha- yang sedang membuat adonan roti. Lalu beliau melakukan hajatnya (berjima’ dengan isterinya). Kemu-dian beliau bersabda,


"Sesungguhnya wanita itu menghadap dalam rupa syaitan dan membelakangi dalam rupa syaitan. [11] Maka, apabila seseorang dari kalian melihat seorang wanita (yang mengagumkan), hendaklah ia mendatangi isterinya. Karena yang demikian itu dapat menolak apa yang ada di dalam hatinya.” [12]

Imam an-Nawawi rahimahullaah berkata : “ Dianjurkan bagi siapa yang melihat wanita hingga syahwatnya tergerak agar segera mendatangi isterinya - atau budak perempuan yang dimilikinya -kemudian menggaulinya untuk meredakan syahwatnya juga agar jiwanya menjadi tenang.” [13]

Akan tetapi, ketahuilah saudara yang budiman, bahwasanya menahan pandangan itu wajib hukumnya, karena hadits tersebut berkenaan dan berlaku untuk pandangan secara tiba-tiba.

Allah Ta’ala berfirman:

"“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat” .[An-Nuur : 30]

Dari Abu Buraidah, dari ayahnya radhiyallaahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ber-sabda kepada ‘Ali.

"Wahai ‘Ali, janganlah engkau mengikuti satu pandangan pandangan lainnya karena yang pertama untukmu dan yang kedua bukan untukmu”. [14]

• Haram menyetubuhi isteri pada duburnya dan haram menyetubuhi isteri ketika ia sedang haidh/ nifas.

Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala:

"Artinya : Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haidh. Katakanlah, ‘Itu adalah sesuatu yang kotor.’ Karena itu jauhilah [15] isteri pada waktu haidh; dan janganlah kamu dekati sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang bertaubat dan mensucikan diri.” [Al-Baqarah : 222]

Juga sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

"Barangsiapa yang menggauli isterinya yang sedang haidh, atau menggaulinya pada duburnya, atau mendatangi dukun, maka ia telah kafir terhadap ajaran yang telah diturunkan kepada Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam.” [16]

Juga sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam:



"Dilaknat orang yang menyetubuhi isterinya pada duburnya.” [17]

• Kaffarat bagi suami yang menggauli isterinya yang sedang haidh.
Syaikh al-Albani rahimahullaah berkata, “Barangsiapa yang dikalahkan oleh hawa nafsunya lalu menyetubuhi isterinya yang sedang haidh sebelum suci dari haidhnya, maka ia harus bershadaqah dengan setengah pound emas Inggris, kurang lebihnya atau seperempatnya. Hal ini berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang orang yang menggauli isterinya yang sedang haidh. Lalu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.


"Hendaklah ia bershadaqah dengan satu dinar atau setengah dinar.’”[18]

• Apabila seorang suami ingin bercumbu dengan isterinya yang sedang haidh, ia boleh bercumbu dengannya selain pada kemaluannya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

"Lakukanlah apa saja kecuali nikah (jima`/ bersetubuh).” [19]

• Apabila suami atau isteri ingin makan atau tidur setelah jima’ (bercampur), hendaklah ia mencuci kemaluannya dan berwudhu` terlebih dahulu, serta mencuci kedua tangannya. Hal ini berdasarkan hadits dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Apabila beliau hendak tidur dalam keadaan junub, maka beliau berwudhu` seperti wudhu` untuk shalat. Dan apabila beliau hendak makan atau minum dalam keadaan junub, maka beliau mencuci kedua tangannya kemudian beliau makan dan minum.” [20]

Dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha, ia berkata,

"Apabila Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam hendak tidur dalam keadaan junub, beliau mencuci kemaluannya dan berwudhu’ (seperti wudhu`) untuk shalat.” [21]

• Sebaiknya tidak bersenggama dalam keadaan sangat lapar atau dalam keadaan sangat kenyang, karena dapat membahayakan kesehatan.

• Suami isteri dibolehkan mandi bersama dalam satu tempat, dan suami isteri dibolehkan saling melihat aurat masing-masing.

Adapun riwayat dari ‘Aisyah yang mengatakan bahwa ‘Aisyah tidak pernah melihat aurat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah riwayat yang bathil, karena di dalam sanadnya ada seorang pendusta. [22]

• Haram hukumnya menyebarkan rahasia rumah tangga dan hubungan suami isteri.

Setiap suami maupun isteri dilarang menyebarkan rahasia rumah tangga dan rahasia ranjang mereka. Hal ini dilarang oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan, orang yang menyebarkan rahasia hubungan suami isteri adalah orang yang paling jelek kedudukannya di sisi Allah.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya manusia yang paling jelek kedudukannya pada hari Kiamat adalah laki-laki yang bersenggama dengan isterinya dan wanita yang bersenggama dengan suaminya kemudian ia menyebarkan rahasia isterinya.” [23]

Dalam hadits lain yang shahih, disebutkan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan kalian lakukan (menceritakan hubungan suami isteri). Perumpamaannya seperti syaitan laki-laki yang berjumpa dengan syaitan perempuan di jalan lalu ia menyetubuhinya (di tengah jalan) dilihat oleh orang banyak…” [24]

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullaah berkata, “Apa yang dilakukan sebagian wanita berupa membeberkan maslah rumah tangga dan kehidupan suami isteri kepada karib kerabat atau kawan adalah perkara yang diharamkan. Tidak halal seorang isteri menyebarkan rahasia rumah tangga atau keadaannya bersama suaminya kepada seseorang.
Allah Ta’ala berfirman:

"Artinya : “Maka perempuan-perempuan yang shalih adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka).” [An-Nisaa` : 34]

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari Kiamat adalah laki-laki yang bersenggama dengan isterinya dan wanita yang bersenggama dengan suaminya, kemudian ia menyebarkan rahasia pasangannya". [25]

[Disalin dari buku Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Putaka A-Taqwa Bogor - Jawa Barat, Cet Ke II Dzul Qa`dah 1427H/Desember 2006]
__________
Foote Note
[1]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 2160), Ibnu Majah (no. 1918), al-Hakim (II/185) dan ia menshahihkannya, juga al-Baihaqi (VII/148), dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallaahu ‘anhuma. Lihat Adabuz Zifaf (hal. 92-93)
[2]. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf (X/159, no. 30230 dan ‘Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf (VI/191-192). Lihat Adabuz Zifaf fis Sunnah al-Muthahharah (hal. 94-97), cet. Darus Salam, th. 1423 H.
[3]. Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf (VI/191, no. 10460, 10461).
[4]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (VI/438, 452, 453, 458). Lihat Adabuz Zifaf fis Sunnah al-Muthahharah (hal. 91-92), cet. Darus Salam, th. 1423 H.
[5]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 141, 3271, 3283, 5165), Muslim (no. 1434), Abu Dawud (no. 2161), at-Tirmidzi (no. 1092), ad-Darimi (II/145), Ibnu Majah (no. 1919), an-Nasa-i dalam ‘Isyratun Nisaa` (no. 144, 145), Ahmad (I/216, 217, 220, 243, 283, 286) dan lainnya, dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma.
[6]. Pelana adalah kata kiasan untuk isteri. Yang dimaksud ‘Umar bin al-Khaththab adalah menyetubuhi isteri pada kemaluannya tetapi dari arah belakang. Hal ini karena menurut kebiasaan, suami yang menyetubuhi isterinya berada di atas, yaitu menunggangi isterinya dari arah depan. Jadi, karena ‘Umar menunggangi isterinya dari arah belakang, maka dia menggunakan kiasan “membalik pelana”. (Lihat an-Nihayah fii Ghariibil Hadiits (II/209))
[7]. Hadits hasan: Diriwayatkan oleh Ahmad (I/297), an-Nasa-i dalam ‘Isyratun Nisaa` (no. 91) dan dalam Tafsiir an-Nasa-i (I/256, no. 60), at-Tirmidzi (no. 2980), Ibnu Hibban (no. 1721-al-Mawarid) dan (no. 4190-Ta’liiqatul Hisaan ‘ala Shahiih Ibni Hibban), ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabir (no. 12317) dan al-Baihaqi (VII/198). At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan.” Hadits ini dishahihkan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fat-hul Baari (VIII/291).
[8]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh ath-Thahawi dalam Syarah Ma’anil Aatsaar (III/41) dan al-Baihaqi (VII/195). Asalnya hadits ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari (no. 4528), Muslim (no. 1435) dan lainnya, dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallaahu ‘anhuma. Lihat al-Insyirah fii Adabin Nikah (hal. 48) oleh Abu Ishaq al-Huwaini.
[9]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (308 (27)) dan Ahmad (III/28), dari Shahabat Abu Sa’id al-Khudri radhiyallaahu ‘anhu.
[10]. Hadits hasan: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 219), an-Nasa-i dalam Isyratun Nisaa` (no. 149), dan yang lainnya. Lihat Shahih Sunan Abi Dawud (no. 216) dan Adabuz Zifaf (hal. 107-108).
[11]. Maksudnya isyarat dalam mengajak kepada hawa nafsu.
[12]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 1403), at-Tirmidzi (no. 1158), Adu Dawud (no. 2151), al-Baihaqi (VII/90), Ahmad (III/330, 341, 348, 395) dan lafazh ini miliknya, dari Shahabat Jabir bin ‘Abdillah radhiyallaahu ‘anhuma. Lihat Silsilah ash-Shahiihah (I/470-471).
[13]. Syarah Shahiih Muslim (IX/178).
[14]. Hadits hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 2777) dan Abu Dawud (no. 2149).
[15]. Jangan bercampur dengan isteri pada waktu haidh.
[16]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 3904), at-Tirmidzi (no. 135), Ibnu Majah (no. 639), ad-Darimi (I/259), Ahmad (II/408, 476), al-Baihaqi (VII/198), an-Nasa-i dalam ‘Isyratun Nisaa` (no. 130, 131), dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu.
[17]. Hadits hasan: Diriwayatkan oleh Ibnu Adi dari ‘Uqbah bin ‘Amr dan dikuatkan dengan hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 2162) dan Ahmad (II/444 dan 479). Lihat Adaabuz Zifaf fis Sunnah al-Muthahharah (hal. 105).
[18]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 264), an-Nasa-i (I/153), at-Tirmidzi (no. 136), Ibnu Majah (no. 640), Ahmad (I/172), dishahihkan oleh al-Hakim (I/172) dan disetujui oleh Imam adz-Dzahabi. Lihat Adabuz Zifaf (hal. 122)
[19]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 302), Abu Dawud (no. 257), dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu. Lihat Adabuz Zifaf (hal. 123).
[20]. Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 222, 223), an-Nasa-i (I/139), Ibnu Majah (no. 584, 593) dan Ahmad (VI/102-103, dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha. Lihat Silsilah ash-Shahiihah (no. 390) dan Shahiihul Jaami’ (no. 4659).
[21]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 288), Muslim (no. 306 (25)), Abu Dawud (no. 221), an-Nasa-i (I/140). Lihat Shahiihul Jaami’ (no. 4660).
[22]. Lihat Adabuz Zifaf hal. 109.
[23]. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah (no. 17732), Muslim (no. 1437), Abu Dawud (no. 4870), Ahmad (III/69) dan lainnya. Hadits ini ada kelemahannya karena dalam sanadnya ada seorang rawi yang lemah bernama ‘Umar bin Hamzah al-‘Amry. Rawi ini dilemahkan oleh Yahya bin Ma’in dan an-Nasa-i. Imam Ahmad berkata tentangnya, “Hadits-haditsnya munkar.” Lihat kitab Mizanul I’tidal (III/192), juga Adabuz Zifaf (hal. 142). Makna hadits ini semakna dengan hadits-hadits lain yang shahih yang melarang menceritakan rahasia hubungan suami isteri.
[24]. Diriwayatkan oleh Ahmad (VI/456-457).
[25]. Fataawaa al-Islaamiyyah (III/211-212).
 
Dikutip dari : Bayu Blog

Minggu, 13 Februari 2011

Beda Manusia dengan Binatang

Oleh Drs Abdul Hakim MPd I
Guru SMA Muhammadiyah 4 Surabaya

Paling tidak ada sepuluh perbedaan prinsip antara manusia dengan binatang. Pertama, manusia makhluk paling sempurna. Selain fisik, manusia memiliki keunggulan akal. Manusia memiliki akal kreatif, inovatif dan konstruktif sedang binatang tidak. Binatang tidak dapat menggunakan otaknya untuk berfikir atau belajar dan menangkap kebenaran laiknya manusia.
Kedua, manusia harus belajar. Allah menganugerahkan hati dan akal untuk belajar. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan serta mengambil hikmah dalam berbagai peristiwa kehidupan. Manusialah yang harus menuntut ilmu untuk melaksanakan berbagai tugas kehidupan. Malalui proses belajar, manusia dapat memajukan kehidupannya, dari primitive menuju kehidupan beradab dan berbudaya.
Ketiga, manusia adalah Abdullah. Tugas utama manusia adalah untuk mengabdi atau menjadi hamba-Nya dengan penuh tunduk dan taat sepenuhnya. Inilah kehendak Allah ketika menciptakan jin dan manusia. Ibadah adalah tugas utama manusia. Baik, ibadah hablun minallah maupun ibadah hablun manannas. Kepada-Nya seorang hamba berikrar,”Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in!”
Keempat, manusia adalah khalifah. Khalifah artinya wakil Allah di bumi. Khafifah juga berarti pemimpin. Tugas sebagai khafifah adalah tugas berat namun mulia. Sebagai khafifah, manusia mengemban amanah memakmurkan bumi, menciptakan perdamaian, ketrentraman, dan kesejahteraan hidup. Sebagai khafifah, Allah menciptakan manusia setara. Hanya ketakwaan yang membedakan dari lainnya.
Kelima, manusia adalah makhluk labil. Selain, memiliki akal, manusia memiliki nafsu. Dengan akal manusia bisa melakukan perbuatan terpuji dan mulia. Tetapi dengan nafsu, manusia bisa berbuat anarki, merusak dan merugikan kehidupan. Dengan hidayah manusia bisa berbuat mulia. Tanpa hidayah, manusia hanya jadi budak nafsu. Alqur’an menyebut ada yang menjadikan nafsu sebagai Tuhannya.
Keenam, manusia dicipta untuk hidup di dua alam: dunia dan akherat. Di dunia manusia akan hidup sebentar. Dunia adalah lading amal. Akherat lebih kekal dan lebih baik. Bila baik amal dunianya, insya Allah baik akheratnya, Syurgalah tempatnya. Bila buruk dunianya, buruk pulalah akhirnya. Nerakalah ganjarannya.
Ketujuh, amal manusia dihitung. Perbuatan binatang tidak dihitung. Sekecil apa pun kebaikan manusia, Allah akan memberikan pahala. Demikian pula sekecil apa pun keburukannya, Allah akan memberikan sanksi. Takl satupun yang dirugikan. Allah Maha Adil, Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang.
Kedelapan, manusia harus bekerja. Allah menganugrahkan organ sempurna agar manusia bekerja dan berkarya. Dengan bekerja manusia dapat memenuhi kebutuhan hidup dan memenuhi kewajiban social dengan penuh tanggung jawab. Bekerja adalah salah satu pintu kemuliaan manusia.
Kesembilan, manusia makhluk beragama. Dengan agama manusia menemukan dan mengabdi kepada Tuhan dengan benar. Dengan agama hidip manusia menjadi bermakna. Dengan agama, manusia yakin kepada Nabi dan Rasul-Nya, serta adanya Hari Akhir. Tentu hanya Islam agama yang dapat menjelaskan dan meyakinkan itu semua. Islam agama yang sesuai dengan fitrah manusia.
Kesepuluh, manusia makhluk berbudaya. Manusia adalah makhluk kreatif, inovatif dan konstruktif yang mampu membangun pereradaban. Sejarah mencatat peradaban manusia sebagai kerya gemilang. Peradaban adalah mozaik budaya manusia yang dibangun berkat kecerdasan manusia. Jadi, sungguh berbeda memang manusia dengan binatang. Meskipun demikian, Al-Qur’an menyebutkan tidak sedikit manusia bergaya seperti binatang, bahkan lebih buruk lagi dari itu. Mereka tidak dapat membangun sepuluh keunggulan yang mampu diraih oleh setiap manusia.
(Sumber: Lazismu Edisi 15, Pebruari 2009).

HAWA NAFSU, Sumber Kesesatan

Penyebab hawa nafsu :
1. Apa yg mnjadi keinginannya,ia kerjakan
2. Ketika orang itu menginginkan sesuatu, ia segera mengerjaknnya sedangkan ketaqwaannya kepada Allah SWT tidak dapat menghalangi keinginnannya.
3. Mereka tinggalkan petunjuk Allah SWT, karena mengikuti hawa nafsunya.
4. Orang kafir yg menjadkan agamanya selain agama Allah SWT dan petunjuk-Nya.
5. Orang yg d takukkan oleh kehendak jiwanya, seolah-plah kehendak jiwa itu tuhannya.
6. Orang yg hanya mengandalkan pemikirannya belaka.
7. Orang yg menilai baik atas sesuatu tanpa dalil syar’I, itulah penyembah hawa nafsu.
8. Orang munafik, tidaklah ia berkehendak melainkan ia kerjakan
9. Orang yg taat kepada setan ketika memeritah maksiat.
10. Orang musyrik dan dukun atau paranormal yg bekerja sama dengan jin.
11. Orang yg menyenangi atau membenci sesuatu bukan karena Allah SWT, itulah penyembah hawa nafsu.

Hukum mengikuti hawa nafsu
Mengikuti hawa nafsu hukumnya haram dan sebagian besar tergolong perbuatan syirik besar sbagaimana keterangan surat Al-jatsiyah: 23.
Penyebab mengikuti hawa nafsu:
1. Karena tergolong orang jahil (Q.S. al-Jatsiyah: 18)
2. Karena hawa nafsu, mendustakan wahyu (Q.S. al- An’am; 150)
3. Sesat dan menyesatkan (Q.S. al- Ma’idah : 77)
4. Mengurangi kesempurnaan iman , tidaklah (sempurna) iman salah satu diantara kamu sehingga hawanya(keinginannya) mengikuti apa yg telah di datangkan kepada-Ku.

Bahaya mengikuti hawa nafsu :
1. Menyesatkan manusia dari jalan yg benar (Q.S. Shad: 26)
2. Sulit menerima nasihat (Q.S. al-A’raf : 176)
3. Tidak mendapat pertolongan ( Q.S. al-Furqan: 43)
4. Sesat dan menyesatkan (Q.S. al – Qashas: 50)

Cara menjauhi hawa nafsu :
1. Menuntut ilmu Syar’i
2. Bertanya kepada ulama (Q.S. al- Anbiya:7)
3. Menjauhi orang yg lalai dengan hukum Allah (Q.S. al-Kahfi: 28)
4. Membersihkan jiwa dengan amal shalih (Q.S. an-Nazi’at:40-41)
5. Menjauhi ulama sesat
6. Menjauhi keraguan
7. Menjauhi umumnya orang (Q.S. Saba: 13, al-An’am: 116)

“Maka pernahkah kamu melihat orang yg mnjdikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (Q.S. al-Jatsiyah :23)

Sesungguhnya orang-orang yg beriman akan selalu menjaga hawa nafsu dan kehormatannya dalam rangka takut dan mengharap ridha Allah SWT.
Wallahu’alam bissowab
 
Dikutip dari : Motivasi dan Inspirasi
Widget Ini